FENOMENA MEMBELI TIRTHA PADA UPACARA NGABEN DI BALI

(Studi di Kabupaten Tabanan)

Penulis

  • I Made Girinata Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar
  • I Putu Agus Aryatnaya Giri Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar
  • I Komang Dian Adi Purwadi Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

DOI:

https://doi.org/10.25078/sphatika.v15i1.3553

Kata Kunci:

ngaben ceremony; tirtha buying phenomenon.

Abstrak

Tirtha merupakan salah satu sarana penting bagi umat Hindu (Bali) dalam melaksanakan ritual keagamaan, sehingga hampir keseluruhan rangkaian pelaksanaan upacara Panca Yadnya (Dewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Manusa Yadnya, dan Bhuta Yadnya) tidak ada tanpa menggunakan tirtha. Demikian juga umat Hindu di Kabupaten Tabanan, tidak ada upacara yadnya yang dilaksanakan tanpa menggunakan tirtha.

Berdasarkan cara memperolehnya, ada dua jenis tirtha utama dalam ritual Hindu yaitu: 1) tirtha yang diargha (dibuat) oleh Pendeta dengan kekuatan mantra (doa). Tirtha ini biasanya digunakan pada tahap awal rangkaian upacara yadnya sebagasi symbol penyucian (pembersihan) secara rohani terhadap segala sarana yang dipergunakan dan juga untuk penyucian semua masyarakat yang terlibat dalam rangkaian upacara yadnya, dan 2) tirtha yang didapat dengan cara nuur (memohon) oleh Pinandita pada suatu tempat suci. Tirtha ini dimaknai sebagai anugerah dari Tuhan/ manifestasiNya, sehingga dipergunakan pada akhir rangkaian upacara yadnya.

Salah satu bagian dari Panca Yadnya, khususnya Pitra Yadnya dalam rangkaian upacara Ngaben pada umumnya menggunakan beberapa jenis tirtha seperti : tirtha pabersihan, tirtha wangsuh pada, tirtha panembak, tirtha pemanah, dan tirtha purwa. Beberapa tirtha ini oleh masyarakat mendapatkannya dengan cara membeli. Nilai nominalnya pula berbeda antara tempat satu dengan tempat lainnya. Hal ini menjadi sebuah fenomena dikalangan masyarakat yang terbungkus dalam komunikasi ritual sehingga menjadi latah bagi masyarakat ketika mohon tirtha sudah harus mempersiapkan sejumlah uang ketika ditanya seharga berapa orang yang meninggal dibelikan tirtha.

Referensi

Ali, Mudhofir. 2017. Kamus teori Dan Aliran Dalam Filsafat Dan Teologi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Anandamurti, S. S. 2006. Namah Sivaya Santaya. Surabaya: Paramita

Arwati, Ni Made Sri, 1995, UpacaraUpakara, Denpasar: Upada Sastra.

Atmadja, Bawa I Nengah, 2010. Ajeg Bali Gerakan, Identitas Kultural, dan Globalisasi. Yogyakarta: PT LkiS Printing Cemerlang.

Bagus, I Gusti Ngurah (editor). 1975. Bali dalam Sentuhan Pariwisata. Denpasar: universitas Udayana.

Bagus, Lorens.2002. Kamus Filsafat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Branen, Yulia. 2010. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta : Gramedia Widia Sarana Indonesia

Clifford Geertz. 1999. Kebudayaan dan Agama; Kanisius, Jogjakarta.

Fals, Daniel L. 2001. Seven Theories of Religion, dari Animisme EB Taylor, Materialisme Kart Marx, hingga Antropologi Budaya C Geertz. (Alih Zaman). Yogyakarta: Qalam

Faruk. 2012. Metode Penelitian Sastra: Sebuah Penjelajahan Awal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gennep, Arnold Van1960. The Rites of Passage. London and Henley: Rouledge and Kegan Paul.

Ghazali, Adeng Muchtar. 2011. Antropologi Agama: Upaya Untuk Memahami keragaman, Kepercayaan, Keyakinana, dan Agama. Bandung: Alfabeta.

Girinata, 2020, “ Ngaben Ceremony of Chinese Ethnic in Pupuan Village, Pupuan District, Tabanan Regency”. Repositiry Jurnal, ISSN 2643-9670, 08 January 2020.

Girinata, 2022, “The Ideology of Ngulapin in The Kitchen at The Ngaben Ceremony for The Residents of Banjar Karang Suwung, Gubug Village, Tabanan”. International Journal of Development Research, Vo;.12, Issue,07,pp. 57607-57612, July, 2022.

Girinata, 2023, “Mass Ngaben Ceremony in Nusasari Village Melaya Jembrana”. International Journal of Advanced Multidisciplinary Research (IJAMR), (ISSN: 2393-8870)

Gramsci, A. 1987. Prison Notebooks. International Publisher. Terjemahan Teguh Wahyu Utomo. 2013. Catatan- catatan dari Penajara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gramsci, Antonio. 2012. Selections from Cultural Writings, ed. Oleh David Forgags dan Geoffrey Nowell Smith (Chicago: Haymarket Books 2012).

Gulo. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Hasbullah, J. 2006. Social Capital (Menuju Keunggulan Manusia Indonesia). Jakarta: MR-United Press

Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti. 2015. Fungsi Tirtha Pengentas dalam Upacara Ngaben. Denpasar: Bali Post.

Jati, W. R. (2014). Agama Dan Politik: Teologi Pembebasan Sebagai Arena Profetisasi Agama. Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 22(1), 133-156.

Jendra, I Wyn. 2004. Karmaphala Pedoman dan Tuntunan Moral Hidup Sejahtera, Bahagia dan Damai. Denpasar: Deva.

Jennings, Gayle. 2009. Tourism Research. Australia: Central Queesland University.

Kaler, I Gusti Ketut. (1993). Mengapa Mayat Dibakar. Denpasar: Yayasan Darma Naradha.

Kariarta, I. W., & Wantari, L. (2021). Sreya dan Preya Dalam Persfektif Teologi Hindu. SWARA WIDYA: Jurnal Agama Hindu, 1(1).

Kariarta, I. W., Heriyanti, K., & Dewi, N. M. E. K. (2021). Eksistensi Ratam Bagi Penanaman Visi Dan Misi Prodi Teologi Hindu Di STAHN Mpu Kuturan Singaraja. Ganaya: Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 4(2), 623-636.

Kebayantini, Ni Luh Nyoman. 2010. “Komodifikasi Upacara Ngaben “Gotong Royong di Gerya Tamansari Lingga, Kelurahan Banyuasri, Kabupaten Buleleng”. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Udayana.

Kebudayaan Bali. I Gede Pitana (Ed.). Denpasar: Bali Post.

Koentjaraningrat. 1992. Bunga Rampai Kebudayaan Mentalitet dan Pembangunan. Jakarta: PT Gramedia.

Koentjaraningrat. 1998. Pengantar Antropologi. Jakarta: Gramedia

Kristanto. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kurnia Nurhayati. 2008. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Dengan Ejaan Yang Disempurnakan. Jakarta: Eka Media.

Lauer, Robert H. 2007. Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta : Rineka

Lubis, Akhyar Yusuf. 2014. Dekonstruksi Epistemologi Modern Dari Posmodernisme, Teori Kritis, Poskolonialisme, Hingga Cultural Studies. Jakarta: Pustaka Indonesia Satu

Marselinawati, P. S. (2020). Teologi Pembebasan Dalam Teks Wrspati Tattwa. Jnanasiddhanta: Jurnal Teologi Hindu, 1(2).

Mulyana, Dedi. 2008. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Narbuko, Cholid, dan Achmadi, Abu.H. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Bumi Aksara

Nawawi, Hadari. 2009. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gajah Mada University Press.

Nesa, 2008. Upacara Ngaben Sawa Asti Gni di Pasraman Atman Buddhi Denta, Desa Kubutambahan, Kabupaten Buleleng.

Ngabalin. M. 2017. Teologi Pembebasan Menurut Gustavo Gutirrez dan Imlikasinya Bagi Persoalan Kermiskinan. KENOSIS:Jurnal Kajian Teologi, 3 (2).129-147.

Paembonan, Y. M. (2019). Memahami Tantangan Teologi Pluralisme dan Teologi Pembebasan. Jurnal Teologi Berita Hidup, 2(1), 48-59.

Patilima, Hamid. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Cetakan Kedua. Bandung

Piliang, Y A. (2003). Hipersemiotika : Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna . Yogyakarta : Jalasutra.

Piliang, Y A. (2010). Post Realitas: Realitas Kebudayaan dalam Era Post- Metafisika. Yogyakarta : Jalasutra.

Piliang, Y A. (2011). Dunia yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-Batas Kebudayaan. Bandung: Matahari.

Piliang, Y. A. 2012. Semiotika dan Hipersemio- tika Kode, Gaya dan Matinya Makna. Bandung: Matahari.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya Dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rica. 2005. dalam tesisnya yang berjudul “Perubahan Pola Hubungan Pasisiyan pada Masyarakat Hindu Etnis Bali-Lombok”,

Simon.2004. Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius

Soemarwoto, O. (2001). Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Cetakan Kesembilan. Jakarta : Djambatan

Suhardana, K.M. 2011. Dasar-dasar Kesuling- gihan suatu Pengantar bagi Calon Sulinggih. Surabaya: Paramita.

Sukraliawan, I Wayan. 2007. Upacara Ngaben Massal Masyarakat Desa Pakraman Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng.

Titib. I Made.1998. Teologi dan Simbol-Simbol dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita.

Triguna, I B. Gede Yudha,dkk, (2000). Teori Tentang Simbol. Denpasar : Widya Dharma.

Turner, Bryan S. (2012). Teori Sosial dari Klasik Sampai Postmodern.

Wiana, I Ketut. 2002. Makna Upacara Yajna Dalam Agama Hindu. Surabaya:ParamitaYasa, P. D. (2019). Ajaran Kelepasan Dalam Lontar Tutur Kumara Tattwa. Jurnal Yoga dan Kesehatan, 2(2), 130-136.

Wiana, I Ketut. 2008. Berbisnis Menurut Agama Hindu. Surabaya:Paramita.

Wiana, I. K. 2004. Makna Upakara Yajnya dalam Agama Hindu II. Surabaya: Paramita.

Wijaya, Surya. 2010. Tuhan Menciptakan Alam Semesta & Manusia Beserta Bentuk-Bentuk Kehidupan Lainnya. Surabaya: Paramita.

Winarti, Ni Wayan. 2007. ”Kremasi Upacara Pitra Yadnya Tinjauan Sosioreligius”

Winarti. 2007. dalam penelitiannya berjudul ”Kremasi dalam Upacara Pitra Yajña Tinjauan Sosioreligius”

Wirawan, I W.A. (2007). “Transformasi dalam Sistem Simbol Konstruktif Keagamaan pada Komunitas Hindu di Kota Mataram. Mataram: Laporan Penelitian

Wisuda, I Putu Toya. 2013. Dekonstruksi Upacara Ngaben di Krematorium Santha Yana. Hasil Penelitian. Jakarta : Dirjen Bimas Hindu

Wojowasito. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Wuisman, J.J.J.M. 2007. Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas (Jilid I). Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Yulius, S. 2008. Kamus Baru Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Unduhan

Diterbitkan

2024-03-31

Cara Mengutip

Girinata, I. M., Giri, I. P. A. A., & Purwadi , . I. K. D. A. (2024). FENOMENA MEMBELI TIRTHA PADA UPACARA NGABEN DI BALI: (Studi di Kabupaten Tabanan). Sphatika: Jurnal Teologi, 15(1), 9–20. https://doi.org/10.25078/sphatika.v15i1.3553

Terbitan

Bagian

##section.default.title##
Abstrak viewed = 12 times