Pendampingan Penyusunan Purana Banten di Desa Adat Tegaltamu, Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar
DOI:
https://doi.org/10.25078/sevanam.v2i1.1742Kata Kunci:
Pendampingan, Purana Banten, Desa Adat Tegaltamu, PKMAbstrak
Agama Hindu merupakan agama yang sarat akan hari raya atau upacara. Penyelenggaraanya juga sering menggunakan sesajen atau yang dapat disebut dengan banten. Banten juga dapat diartikan sebagai wali. Kata wali berarti wakil. Banten dalam suatu upacara dipakai sebagai wakil untuk berhubungan dengan yang dipuja atau yang dimuliakan. Selain itu pula, kata wali berarti kembali. Pengertian ini menandakan, banten dimaksudkan kembali dipersembahkan, yang pada mulanya semua sarana banten itu berasal atau bersumber dari ciptaan Sang Hyang Widhi Wasa. Maksud dari persembahan kembali ini adalah untuk mewujudkan keseimbangan, antara Tuhan / Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah menciptakan, dengan manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya yang paling banyak menerima dan menikmati, agar dapat lestari sepanjang masa. Khusus di Desa Adat Tegaltamu, dalam melakukan upacara yadnya menggunakan banten selama ini hanya mengikuti dari budaya dan tradisi yang ada, sehingga apa yang sudah menjadi tradisi itulah yang akan diikuti dan dilakukan tanpa mengetahui benar atau salahnya. Permasalahannya di Desa Adat Tegaltamu, seiring perkembangan tuntutan jaman yang membatasi waktu serta meningkatkan kesibukan masyarakat dalam hal mencari nafkah serta kegiatan di luar adat, tentu mereka tidak mudah menjalankan tradisi tersebut secara maksimal, sehingga perlu dilakukan penyusunan suatu pedoman dasar untuk anggota masyarakat yang disesuaikan dengan perkembangan jaman sekarang, sehingga anggota masyarakat bisa menyesuaikan yadnya sesuai dengan situasi dan kondisi mereka dan mendapat kepastian atas upacara yadnya yang telah dilakukan. Untuk itu perlu dilakukan pendampingan penyusunan purana banten Desa Adat Tegaltamu oleh tim pendamping yang merupakan anggota pengabdian kepada masyarakat Prodi Penerangan Agama Hindu UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar. Ada beberapa tahap pendampingan yang dilalui untuk menghasilkan sebuah purana banten. Beberapa tahap itu ialah, tahap penjajagan, sosialisasi dan pemberian materi, survey lapangan, wawancara, focus grup discustion, pemilahan data serta yang terakhir adalah penyusunan hasil kegiatan pengabdian. Dipergunakan metode triangulasi data selama kegiatan pengabdian kepada masyarakat berlangsung yang mencakup pemaparan materi, diskusi, observasi, pembagian kelompok, riset data, penyusunan buku, revisi dan penyuntingan hingga dihasilkan output berupa pencetakan buku berjudul “Purana Banten Pura Dalem Desa Adat Tegaltamu dan Purana Banten Pura Desa Desa Adat Tegaltamu”.
Referensi
Alfansyur, A., dkk. (2020). Seni mengelola data: Penerapan triangulasi teknik, sumber dan waktu pada penelitian pendidikan sosial. Historis: Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah, 5(2), 146-150.
Anonim. (2021). Memahami Makna Pentingnya Sarana Upacara Agama Hindu (Banten). https://buleleng.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/75-memahami-makna-pentingnya-sarana-upacara-agama-hindu-banten
Ariefana, P. (2021). Arti Sesajen Hindu atau Banten, Lengkap dengan Jenis-Jenisnya. Suarabali.Id. https://bali.suara.com/read/2021/06/14/083000/arti-sesajen-hindu-atau-banten-lengkap-dengan-jenis-jenisnya
Aryatnaya Giri, I. P. A., & Wiratmaja, I. K. (2020). Filsafat ketuhanan dalam purana. Genta Hredaya, 4(2), 135-143. https://doi.org/10.55115/gentahredaya.v4i2.851
Ayu Suryani, N. G. P. (2020). (Upakara/Banten) Dalam Kehidupan Sehari-Hari.
Setyaningrum, P. (2022). Mengenal Banten, Sesajen yang Menjadi Upakara dalam Upacara Adat Bali. Kompas.Com. https://denpasar.kompas.com/read/2022/10/08/205725678/mengenal-banten-sesajen-yang-menjadi-upakara-dalam-upacara-adat-bali?page=all
Unduhan
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2023 Sevanam: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Artikel ini berlisensi Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.