PENDEKATAN BUDAYA (HULU) SEBAGAI SOLUSI TERSIGNIFIKAN BAGI PENANGANAN SAMPAH PLASTIK

Abstrak

Permasalahan sampah plastik menjadi permasalahan yang harus ditangani dengan prioritas utama karena jumlahnya yang mulai tidak terkendali. Limbah B3, meskipun berbahaya dan beracun, namun tidak menimbulkan dampak besar yang melibatkan seluruh manusia. Sangat sulit terurai dan merupakan polutan yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Daya rusaknya memberikan kontribusi signifikan terhadap perubahan iklim yang mengganggu pola kehidupan di bumi. Penelitian yang menggunakan metode kualitatif melalui observasi partisipatif ini mengangkat konsep penanganan permasalahan sampah plastik dari dua aliran pemikiran yaitu sekolah hulu dan hilir. Sekolah hulu menggunakan pendekatan budaya yang menekankan kampanye kesadaran masyarakat untuk mengurangi timbulan sampah plastik. Aliran pemikiran hilir menangani tumpukan sampah plastik dengan penekanan pada daur ulang dan penggunaan kembali sampah plastik melalui konsep ekonomi sirkular. Sejauh ini kapasitas daur ulang maksimal hanya 7-9%. Dengan kisaran pengurangan volume sampah plastik sebesar 91%, penanganan di hulu dengan pendekatan budaya menjadi lebih signifikan. Penanganan di hulu dapat diperkuat dengan pendekatan nilai-nilai keagamaan, seperti konsep Tri Hita Karana, Swadharma atau konsep 'ngayah', dan lain-lain. Keberhasilan penanganan di hilir tidak boleh diviralkan karena akan menyurutkan partisipasi masyarakat dalam mengurangi plastik. limbah. Komunitas Relawan BumiKita merupakan salah satu komunitas yang melakukan gerakan penyadaran di hulu. Aksi bersih-bersih sampah plastik dilakukan secara berkala dan konsisten di beberapa tempat untuk menyebarkan pesan pengurangan penggunaan plastik sekali pakai. Aksi juga dilakukan pada acara-acara kebudayaan dan keagamaan seperti festival, pemakaman besar, upacara melasti dan lain sebagainya. Membawa tumbler dan konsep tumblerisasi merupakan salah satu contoh solusi reduksi yang diterapkan