Dimensi Aksiologis pada Tata Letak Bangunan di Bali Berdasarkan Lontar Asta Kosala Kosali
DOI:
https://doi.org/10.25078/sphatika.v14i2.3038Kata Kunci:
Arsitektur Bali, Lontar Asta Kosala-Kosali, AksiologiAbstrak
Bali menyimpan berbagai keunikannya tersendiri mulai dari tradisi, budaya, praktik keagamaan, hingga termasuk juga bentuk arsitektur. Semuanya tersebut merupakan sebuah warisan dari generasi ke generasi. Bentuk aristektur Bali sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang selalu dipertahankan untuk tetap menjadi jati diri serta keunikan dari masyarakat Bali. Penelitian ini bertujuan untuk menggali tatanan nilai yang berkembang dalam masyarakat Bali, dengan bagaimana tatanan nilai tersebut membingkai berbagai keragaman budaya yang dimiliki oleh Bali termasuk juga arsitektur Bali. Penelitian ini menggunakan metode dekriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa desain dan aristektur Bali sangat dipengaruhi oleh konsep Tri Hita Karana yakni sebuah konsep dalam masyarakat Bali sebagai proses dalam menjaga keseimbangan dan juga keharmonisan antara Tuhan, manusia dan juga alam. Konsep Tri Hita Karana ini kemudian dalam arsitektur Bali diterapkan dalam bentuk Tri Mandala yakni terdapat tiga ruang yang membagi satu pekarangan rumah. Arsitektur Bali dalam Lontar Asta Kosala Kosali juga dipengaruhi oleh konsep Sanga Mandala sebagai bentuk penerapan dari konsep Dewata Nawa Sańga. Kemudian dimensi aksiologis dalam tata ruang bangunan di Bali terdapat nilai religius, nilai eko-teologi, nilai estetis, dan juga nilai kebudayaan. Kemudian, tantangan arsitektur Bali pada era globalisasi ini memposisikan bahwasanya konsep dan tata ruang bangunan di Bali masih menggunakan konsep dan juga nilai-nilai filosofis yang berkembang pada masyarakat Bali, walaupun keterbatasan wilayah, namun dimensi aksiologis dalam skala yang kecil masih dapat dipertahankan.
Referensi
Arini, I. A. D., & Paramita, I. B. G. (2021). Seni Arsitektur Bali dalam Bangunan-Bangunan Bali (Kajian Filosofis). Maha Widya Duta, 5(1), 76–87.
Arthana, I. N. N. (2017). Dari Teks Menjadi Arsitektur: Interpretasi Terhadap Naskah Lontar Asta Kosala Kosali. Universitas Udayana: Seminar Nasional Arsitektur Dan Tata Ruang.
Dwijendra N. K. (2008). Arsitektur Rumah Tradisional Bali. Denpasar: Udayana University Press.
Gelebet, I. N. (1984). Arsitektur Tradisional Daerah Bali, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, Denpasar.
Gelebet, I. N. (1986). Arsitektur Tradisional Bali. Denpasar: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Bali.
Julian, D. (2014). Balinese Architecture. United States: Tuttle Publishing.
Paramadhyaksa, I. N. W. (2015). Eksistensi Titik Brahma dalam Tata Ruang Tradisional Bali. Seminar Nasional Dan Tata Ruang Program Studi Perencanaan Wilayah Dan Kota Universitas Hindu Indonesia.
Paramdhyaksa, I. N. W. (2016). Filosofi dan Penerapan Bunga Padma dalam Perwujudan Arsitektur Tradsional Bali. Jurnal Langkau Betang, 3(1), 28–42.
Parwata, I. W. (2011). Rumah Tinggal Tradisional Bali dari Aspek Budaya dan Antropometri. Jurnal Mudra, 26(1), 95–106.
Priyoga, I., & Sudarwani, M. M. (2018). Kajian Pola Ruang dan Rumah Adat Desa Penglipuran Bali. Seminar Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia.
Suandra, I. M. (1996). Tuntunan/Tatacara Ngwangun Karang Paumahan: Manut Smrti Agama Hindu. Denpasar: Upada Sastra.
Sujadnya, I. G. M. O. (1998). Kenyamanan “Bale Meten” Serta Faktor yang Mempengaruhinya di Desa Gianyar, (Tesis), Denpasar: Program Pasca Sarjana Universitas Udayana.
Sularto, R. (1988). Arsitektur dan Pariwisata Budaya Bali. Denpasar: Building Information Centre, Direktorat Jenderal Cipta Karya PUTL.
Sularto, R. (1989). Sikap Hidup Masyarakat Bali dan Pembangunan. Building Information Centre, Direktorat Jenderal Cipta Karya PUTL, Denpasar.
Sumintardja, D. (1981). Kompendium Sejarah Arsitektur. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Wijaya, M. (2002). Architecture of Bali. Singapore: Archipelago Press.