Sanjiwani: Jurnal Filsafat https://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/sanjiwani <table class="data" width="100%" bgcolor="#f0f0f0"> <tbody> <tr valign="top"> <td width="20%">Nama Jurnal</td> <td width="80%">: <a href="http://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/sanjiwani" target="_blank" rel="noopener"><strong>Sanjiwani: Jurnal Filsafat</strong></a></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Frekuensi</td> <td width="80%">: <strong>Maret dan September</strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">DOI</td> <td width="80%">: <a href="https://doi.org/10.25078" target="_blank" rel="noopener"><strong>https://doi.org/10.25078</strong></a></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">ISSN Cetak</td> <td width="80%">: <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1180424864" target="_blank" rel="noopener"><strong>1978-7006</strong></a></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">ISSN Online</td> <td width="80%">: <strong><a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1587111628" target="_blank" rel="noopener">2722-9459</a></strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Indexing</td> <td width="80%">: <a href="https://sinta.kemdikbud.go.id/journals/profile/8153" target="_blank" rel="noopener"><strong>Sinta</strong></a>, <a href="https://garuda.kemdikbud.go.id/journal/view/27499" target="_blank" rel="noopener"><strong>Garuda</strong></a>, <a href="https://scholar.google.com/citations?hl=id&amp;view_op=list_works&amp;gmla=AJsN-F5kfCB8OjzKYSF8Kp8ckNXDs3K0J5IC1IZqinOyCn32CQjT_Pf1sBbejIEkCfXvHlIUYtsQXZ3IbqtoH20Lcz4YrpIzRily5mxYC2afHpBMMmBRdYk&amp;user=D_2TUhYAAAAJ" target="_blank" rel="noopener"><strong>Google Scholar</strong></a>, <a href="https://portal.issn.org/resource/ISSN/2722-9459" target="_blank" rel="noopener"><strong>Road</strong></a>,<a href="https://moraref.kemenag.go.id/archives/journal/98810827380898862?page=1&amp;size=10" target="_blank" rel="noopener"><strong> Moraref</strong></a>, <a href="https://app.dimensions.ai/discover/publication?search_mode=content&amp;and_facet_source_title=jour.1390455" target="_blank" rel="noopener"><strong>Dimensions</strong></a>, <strong><a href="https://www.scilit.net/wcg/container_group/106280" target="_blank" rel="noopener">Scilit</a></strong>, <strong><a href="https://www.base-search.net/Search/Results?type=all&amp;lookfor=Sanjiwani%3A+Jurnal+Filsafat&amp;ling=0&amp;oaboost=1&amp;name=&amp;thes=&amp;refid=dcresen&amp;newsearch=1" target="_blank" rel="noopener">Base</a></strong>, <a href="https://search.crossref.org/?q=Sanjiwani%3A+Jurnal+Filsafat&amp;from_ui=yes" target="_blank" rel="noopener"><strong>Crossref</strong></a></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Editor-in-Chief</td> <td width="80%">: <a href="https://scholar.google.com/citations?user=0NFW8vYAAAAJ&amp;hl=id&amp;oi=ao" target="_blank" rel="noopener"><strong>Ni Luh Gede Wariati</strong></a></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Kontak</td> <td width="80%">: <strong>jurnalsanjiwani@uhnsugriwa.ac.id</strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Penerbit</td> <td width="80%">: <a href="https://uhnsugriwa.ac.id/" target="_blank" rel="noopener"><strong>Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar</strong></a></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Deskripsi</td> <td width="80%"> <p>Sanjiwani merupakan jurnal ilmiah yang dikelola oleh Jurusan Filsafat Timur Fakultas Brahma Widya Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, yang hadir untuk memberi ruang dan gerak bagi para penulis yang memiliki visi untuk mengembangkan dan menyebarluaskan nilai-nilai filsafat. Implementasi ajaran filsafat tercermin pada setiap aspek kehidupan umat manusia. Sanjiwani sebagai Jurnal Filsafat berusaha melakukan pencerahan melalui kontemplasi hakikat berbagai macam realitas.</p> <p>Fokus dan ruang lingkup Sanjiwani: Jurnal Filsafat, yaitu: (1) Filsafat (2) Filsafat Timur; (3) Filsafat Agama; (4) Filsafat Hindu Klasik - Kontemporer; dan (5) Isu Pemikiran Hindu di Tingkat Global (Perennialisme, Humanisme, Feminimisme, Pluralisme, serta Ekologi).</p> </td> </tr> </tbody> </table> Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar id-ID Sanjiwani: Jurnal Filsafat 1978-7006 SATYAM SIVAM SUNDARAM: ESENSI KEBENARAN, KEBAJIKAN, DAN KEINDAHAN DALAM SIMBOL TARIAN SIVA NATARAJA SEBAGAI HUKUM SEMESTA https://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/sanjiwani/article/view/5828 <p>Manusia adalah mahluk paling sempurna di antara semua mahluk, karena hanya manusia yang memiliki kemampuan membedakan antara yang kekal dan sementara. Selain itu, manusia juga memiliki kesadaran bahwa dirinya bukan badan materi, tetapi ātman yang identik dengan Brahman. Teologi dan Filsafat Advaita Vedanta mengajarkan bahwa Brahman meliputi alam semesta, karena itu Brahman dan Alam Semesta beserta seluruh isinya adalah satu kesatuan. Alam Semesta beserta seluruh isinya adalah badan material Brahman. Oleh karena itu, untuk memahami Brahman secara praktis dapat diamati melalui Rtam atau Hukum-hukum Alam.<br>Kesadaran ātman pada diri manusia merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia. Melalui kesadaran ātman manusia memahami eksistensi Tuhan di balik segala sesuatu. Kesadaran ātman menjadikan manusia bijkasana yang mampu merasakan kehadiran Tuhan dalam segala sesuatu, sebagaimana Chandogya Upanisad menyatakan “sarva khalv idam brahman” artinya ‘semuanya adalah Tuhan’. Jadi, Advaita Vedanta mengajarkan bahwa Tuhan sebagai Substansi Maha Halus meresapi seluruh partikel atom Alam Semesta. Sehingga, seluruh fenomena alam adalah Tarian Kosmis yang dikenal sebagai Tarian Sivanataraja atau Tarian Tandava. Karena itu, Rtam atau Hukum-Hukum Alam dapat digunakan sebagai media kontemplasi untuk menemukan jejak Sang Pencipta di balik semua fenomena alam.<br>Penelitian ini adalah penelitian Kualitatif, datanya berbentuk uraian kata-kata diperoleh melalui literatur. Menggunakan Teori Simbol dan analisis Kualitatif Interpretatif. Halis penelitian ini menyimpulkan bahwa Hukum-hukum Alam adalah wujud tarian Kebenaran universal (Satyam) yang memiliki nilai Kebajikan universal (Sivam), serta memiliki nilai Keindahan universal (Sundaram). Manusia yang memiliki pandangan sesuai dengan ajaran Advaita Vedanta, akan mampu melihat dan merasakan dunia dengan segala fenomena alamnya sebagai ekspresi dari Satyam, Sivam Sundaram atau sebagai Sorga yang membahagiakan.</p> I Ketut Donder Prasanthy Devi Maheswari Jyothi Devi Krishnanandayani Hak Cipta (c) 2025 2025-12-04 2025-12-04 16 2 123 144 THE COMMUNICATION PHILOSOPHY MODEL https://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/sanjiwani/article/view/3222 <p>The aim of this research is to find a model of communication philosophy as a form of relevance to the discourse of ontology, epistemology and axiology. This research uses a qualitative method using a library study approach that uses books or literature as the main source. The library references in the form of books which are primary sources in this research are first, a book entitled On the Philosophy of Communication 1st Edition by Garry Rafford, second, a book entitled Aristotle's Physics Book VIII. The results of this research are a communication philosophy model divided into three sub-models, namely a communication ontology model which is concise about what the formal and material objects of communication science are, a communication epistemology model which discusses how humans acquire knowledge in communication studies and a communication axiology model which focuses on questions regarding what and how the values contained in the messages exchanged in the communication process between the communicator and the communicant.</p> Felisianus Efrem Jelahut Hak Cipta (c) 2025 Sanjiwani: Jurnal Filsafat 2025-09-30 2025-09-30 16 2 145 153 MENGGELEDAH EKSISTENSI KAUM MARHAEN DALAM MENGISIH DAN MEMAKNAI KEBIJAKSANAAN SISTEM POLITIK DI INDONESIA https://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/sanjiwani/article/view/3215 <p>Politik” berarti menggeledah atau menggali nilai-nilai kebijaksanaan politik &nbsp;yang bukan hanya kaum elit, kaya, atau latar belakang pendidikan yang tinggi saja melainkan kaum kecil juga mendapat tempat untuk berpolitik semestinya. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana keberadaan kaum kecil, serderhana atau yang terpinggirkan &nbsp;mensuksenskan sistem perpolitikan di Indonesia. Eksistensi kaum marhaen sepertinya di Indonesia dianggap mulai mundur &nbsp;yang berdampak pada sikap arogansi bagi kaum marhaen kaum elit, kaya atau latar belakang pendidikan uang tinggi itu, dan ada tendensi menegasikan yang lain sebagai subjek kedua. Sikap arogansi &nbsp;dan tendensi menegasikan yang lain merupakan sebuah kebiasaan atau bahkan sebuah budaya otoritas &nbsp;diterapkan sebagian atau sekelompok orang untuk membudayakan sikap arogan dan apatis terhadap aturan yang disetujui bersama yang kemudian menegasikan yang lain sebagai subjek kedua seperti melihat kelompok, turunannya, sukunya, atau budayannya yang paling dominan. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah penelitian kualitatif dengan cara studi kepustakaan yang bersumber dari buku Berfilsafat Politik ditambah dengan sumber lain seperti buku- buku dan artikel ilmiah dari jurnal-jurnal yang mendukung tulisan ini. Hasil yang ditemukan dalam tulisan ini adalah Keberadaan kaum marhaen atau kaum kecil, serderhana atau yang terpinggirkan di Indonesia dianggap tidak mempunyai dasar otoritas yang kuat dari dasarnya, budaya arogansi, sikap apatis terhadap aturan, dan tendensi menegasikan yang lain sebagai subjek kedua &nbsp;di anggap lemah dalam berpolitik. Hal ini dikarenakan sumber daya manusianya yang kurang menyadari makna “kebijaksanaan politik y” yang benar dan tepat sehingga membuat keberadaan kaum marhaen mengalami kemunduran. Minimnya &nbsp;pemahaman tentang arti politik, eksistensi kaum marhaen. dalam kasus menegasikan kaum marhaen dalam poitik kontemporer di Indonesia menjadi alasan utama mengapa “kaum kecil, serderhana atau yang terpinggirkan di Indonesia dianggap tidak mempunyai dasar otoritas yang kuat dari dasarnya dalam berpolitik” mendapatkan perhatian dan tempat yang layak dan seimbang dalam berpolitik.</p> Yosef Usman Fransiskus Xaverius Eko Armada Riyanto Pius Pandor Hak Cipta (c) 2025 Sanjiwani: Jurnal Filsafat 2025-09-30 2025-09-30 16 2 154 168 ALTERITAS KEMANUSIAAN PERANG ISRAEL-HAMAS: PARADIGMA FILSAFAT RELASIONALITAS ARMADA RIYANTO https://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/sanjiwani/article/view/3269 <p>Paper ini membahas konflik antara Israel dan Palestina dengan pendekatan filosofis Filsafat Relasionalitas karya Armada Riyanto. Penulis menyoroti dimensi kemanusiaan dan alteritasnya dalam konflik tersebut. Dari perspektif filsafat Relasionalitas, diperlihatkan bagaimana perang ini mencerminkan egoisme yang mereduksi nilai kemanusiaan. Egoisme yang ada dalam konflik ini, baik dari Israel maupun Hamas, mengesampingkan keberadaan, eksistensi manusia yang hadir juga dalam pihak lawan hingga sering kali mengorbankan warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak. Konsep alteritas kemanusiaan dan pemaknaan tentang Liyan, yang merupakan subjek setara dalam relasionalitas, diperjelas dalam kaitannya dengan konflik ini. Bagaimana Liyan atau 'orang ketiga' yang menjadi korban dalam konflik ini juga menjadi perhatian utama. Paper ini mengusulkan penyelesaian konflik yang lebih manusiawi, yang tidak hanya bergantung pada resolusi politik, tetapi juga pada kesadaran internasional tentang pentingnya melihat manusia sebagai subjek yang setara. Empati dan relasionalitas menjadi kunci dalam meredakan konflik dan membangun paradigma yang lebih sesuai dengan kemanusiaan.</p> Yohanes Is Nugroho Hak Cipta (c) 2025 Sanjiwani: Jurnal Filsafat 2025-09-30 2025-09-30 16 2 169 178 PRINSIP-PRINSIP BUDI PEKERTI HINDU DALAM NYĀYA DARŚANA https://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/sanjiwani/article/view/4790 <p>Ketika filsafat dikaitkan dengan dimensi agama maka akan menjadi berbeda dengan filsafat murni. Dalam agama Hindu pandangan-pandangan filosofis yang religius disebut <em>darsana.</em> Para penganut agama memang menjadi lebih segan untuk melontarkan prasangka kepada pandangan-pandangan filsafat keagamaan. Sebab diyakini bahwa pandangan-pandangan tersebut berasal dari Tuhan dan bersifat suci. Apabila manusia meremehkannya maka diancam dengan dosa. Budi pekerti sesungguhnya berasal dari pandangan-pandangan filsafat keagamaan. Kendatipun demikian, dalam perkembangannya timbul kecenderungan jika budi pekerti tercitra sebagai tindakan praktis. Manakala seseorang tidak menunjukkan perilaku yang semestinya maka dipandang memiliki budi pekerti yang rendah, begitu pula sebaliknya. Padahal terdapat celah suatu perilaku dikondisikan sedemikian rupa sebagai budi pekerti palsu. Sejatinya budi pekerti yang asli berakar dari pemikiran yang luhur. Apabila hal ini telah dipahami maka tidak akan ada lagi batasan kaku antara pemikir dan pelaku. Sebab kelakuan tanpa pemikiran matang hanyalah kepura-puraan. Sementara pikiran tanpa perilaku yang patut juga tidak bermanfaat. Penganut Hindu yang komplet mempelajari <em>darsana </em>sekaligus mengaplikasikannya dalam perbuatan-perbuatan terpuji. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji prinsip-prinsip filosofis budi pekerti Hindu dalam Nyaya Darsana. Metode penelitian ini berjenis kualitatif karena bersifat non numerik. Hasil penelitian ini adalah dalam Nyaya Darsana Tuhan menjadi model budi pekerti tertinggi, <em>sabda </em>menjadi landasan religius budi pekerti, <em>budhi </em>sebagai landasan ideal budi pekerti, serta&nbsp;&nbsp; <em>pravrtti</em> dan <em>karma</em> sebagai landasan tindakan berbudi pekerti. Simpulan penelitian ini adalah terdapat prinsip-prinsip budi pekerti yang lengkap dalam Nyaya Darsana.&nbsp;</p> I Putu Suweka Oka Sugiharta I Wayan Yudhasatya Dharma Hak Cipta (c) 2025 Sanjiwani: Jurnal Filsafat 2025-09-30 2025-09-30 16 2 179 190 DIMENSI SPIRITUALITAS DALAM KISAH PEWAYANGAN DEWA RUCI https://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/sanjiwani/article/view/4839 <table width="574"> <tbody> <tr> <td width="426" rowspan="4"> <p>Kisah pewayangan memiliki makna spiritual yang mendalam dalam budaya Jawa, salah satunya adalah kisah Dewa Ruci. Cerita ini menggambarkan perjalanan spiritual Bima dalam mencari hakikat kehidupan dan pencerahan. Dengan pendekatan analisis teks dan simbolisme, penelitian ini mengkaji dimensi spiritualitas yang terkandung dalam kisah Dewa Ruci, termasuk nilai-nilai etika, filosofi, serta ajaran spiritual yang masih relevan dengan kehidupan modern. Dalam perjalanan ini, Bima menghadapi berbagai rintangan, yang menggambarkan pencarian manusia akan kebenar dan kebijaksanaan.Melalui pertemuannya dengan Dewa Ruci, ia memperoleh pemahaman mendalam tentang hubungan antara manusia,alam semesta, dan Tuhan.Kajian ini menyoroti makna simbolik dalam kisah tersebut serta bagaimana ajaran- ajaran di dalamnya dapat memberikan inspirasi bagi masyarakat masa kini.Pelitian ini juga mengungkap bagaimana pewayangan berperan sebagai media penyampaian nilai-nilai moral dan spiritual yang tetap relevan dalam kehidupan modern.Dengan demikian,kisah Dewa Ruci bukan hanya sekadar warisan budaya,tetapi juga merupakan refleksi mendalam tentang pencarian spiritual manusia dalam mencapai kesempurnaan hidup.</p> </td> <td width="0">&nbsp;</td> </tr> <tr> <td width="0">&nbsp;</td> </tr> <tr> <td width="0">&nbsp;</td> </tr> <tr> <td width="0">&nbsp;</td> </tr> </tbody> </table> Hadyu Kharis Al Asrofi Rizal Al Hamid Hak Cipta (c) 2025 Sanjiwani: Jurnal Filsafat 2025-09-30 2025-09-30 16 2 191 200 TOURISM AND SOCIAL JUSTICE: A “CAPABILITY APPROACH” PERSPECTIVE https://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/sanjiwani/article/view/5026 <p>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pariwisata dan keadilan sosial berdasarkan perspektif Pendekatan Kapabilitas (Capability Approach) yang dikembangkan oleh Amartya Sen dan Martha Nussbaum. Pendekatan penelitian menggunakan metode kualitatif interpretatif dengan teknik pengambilan data meliputi studi kepustakaan, komparasi dokumen dan analisis studi kasus. Sumber data primer mencakup literatur-literatur utama yang mengkaji konsep-konsep pemikiran dari kedua filsuf tersebut dan literatur terkait filsafat pariwisata, sedangkan sumber data sekunder mencakup data-data pariwisata yang diperoleh dari internet. Hasil penelitian menunjukkan adanya akses dan kemampuan pariwisata, serta peluang dan tantangan, baik dalam hal meningkatkan maupun juga membatasi kemampuan individu dan komunitas, khususnya dalam hubungannya dengan alam lingkungan, sosial budaya, ekonomi dan sumber daya manusia. Kritik terhadap keterbatasan survei dan pengukuran juga menjadi hasil analisis terhadap dokumen dan studi kasus yang dieksplorasi. Kritikan tersebut bertujuan untuk mengarahkan kajian-kajian pariwisata, mulai dari tahapan perencanaan pariwisata hingga tahapan evaluasi dan pengawasan, agar menggunakan metode pengukuran yang bersifat holistik dan komprehensif serta lintas disiplin ilmu. Dengan demikian, diharapkan nilai-nilai universal pariwisata seperti inklusifitas dan berkelanjutan, dapat diimplementasikan dalam pengembangan sektor pariwisata.</p> MARIUS YOSEF SERAN I Nengah Dasi Astawa Hak Cipta (c) 2025 Sanjiwani: Jurnal Filsafat 2025-09-30 2025-09-30 16 2 201 211 SIMBOLISME NYUH MADAN DALAM RITUS HINDU DI BALI https://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/sanjiwani/article/view/4895 <p><em>Nyuh Madan</em> merupakan elemen esensial dalam berbagai ritus Hindu di Bali yang tidak hanya memiliki fungsi ritualistik, tetapi juga mengandung makna simbolik yang mendalam. Artikel ini bertujuan untuk menelaah <em>Nyuh Madan</em> secara ontologis dan kosmologis dalam kerangka filsafat Hindu Bali. Dengan pendekatan hermeneutika simbolik dan analisis reflektif terhadap teks-teks suci serta praktik budaya lokal, ditemukan bahwa struktur fisik <em>Nyuh Madan</em> merepresentasikan konsep keberadaan (ontologi) dan susunan semesta (kosmologi). Kulit luar, sabut, batok, air, dan mata kelapa mencerminkan prinsip <em>Panca Mahabhuta</em> dan hierarki <em>Tri Loka</em>, yang menggambarkan keterkaitan erat antara makrokosmos dan mikrokosmos. Simbolisme ini menegaskan bahwa <em>Nyuh Madan</em> bukan sekadar objek persembahan, melainkan medium spiritual yang menjembatani manusia dengan dimensi transenden. Dengan demikian, penghayatan terhadap simbol <em>Nyuh Madan</em> memperkuat integrasi antara ritus, kesadaran kosmologis, dan ajaran dharma dalam kehidupan umat Hindu Bali.</p> Ida Bagus Putu Eka Suadnyana Komang Heriyanti I Nyoman Buda Asmara Putra Hak Cipta (c) 2025 Sanjiwani: Jurnal Filsafat 2025-09-30 2025-09-30 16 2 212 222 RE-POSITIONING LOVE AS A VALUABLE PART OF LIFE https://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/sanjiwani/article/view/5244 <p>Konsep cinta berada dalam bahaya karena cinta tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang berharga. Dalam budaya yang sarat dengan kapitalisme, cinta kemudian berubah menjadi komoditas. Cinta berubah menjadi instrumen atau alat untuk mencapai sesuatu yang lain. Cinta dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat ditemukan dalam kehidupan nyata dan hanya ada dalam fiksi dan sastra semata. Menggunakan skema matematika sebagai ontologi yang digagas oleh Alain Badiou menunjukkan bahwa cinta masih mungkin untuk ditempatkan kembali sebagai bagian dari kehidupan dan bahwa cinta memiliki nilai yang berharga. Badiou mengungkapkan bahwa pada awalnya, cinta berhubungan dengan diri sendiri dan bukan alat atau instrumen untuk sesuatu di luar diri. Pada akhirnya cinta mampu memberikan nilai pada apresiasi manusia terhadap kehidupan mengenai keberadaan atau eksistensinya.</p> Muhammad Irfan Syaebani Untung Yuwono Embun Kenyowati Ekosiwi Hak Cipta (c) 2025 Sanjiwani: Jurnal Filsafat 2025-09-30 2025-09-30 16 2 223 232 FROM ATTACHMENT TO GELASSENHEIT: A HEIDEGGERIAN PHENOMENOLOGICAL ANALYSIS OF ARJUNA'S CRISIS IN THE BHAGAVAD GITA https://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/sanjiwani/article/view/5392 <p>Krisis Arjuna dalam Bhagavad Gita seringkali ditafsirkan sebagai dilema moral atau teologis, namun hal ini mengabaikan potret penderitaan psikologis mendalam yang digambarkan. Artikel ini mengkaji ulang krisis tersebut bukan sebagai kegagalan moral, melainkan sebagai sebuah potret fenomenologis dari Keterikatan (Attachment) absolut, sebuah kondisi keterjeratan yang menyakitkan dalam jejaring relasi duniawi. Sebuah analisis fenomenologis Heideggerian digunakan, melalui pembacaan-dekat (close reading) terhadap bab pertama Gita untuk mendiagnosis pengalaman-terhidupi (lived experience) dari Keterikatan dan menyandingkannya dengan konsep Martin Heidegger tentang Gelassenheit (pelepasan diri). Analisis ini menyingkapkan bahwa kelumpuhan Arjuna adalah gejala langsung dari keterjebakannya dalam pemikiran kalkulatif (rechnendes Denken) yang lahir dari Keterikatan. Sebaliknya, Gelassenheit disajikan sebagai sebuah jalan meditatif (besinnliches Nachdenken) menuju pelepasan diri yang memungkinkan seseorang untuk bertindak di dalam dunia tanpa terkonsumsi secara ontologis olehnya. Konsep Gelassenheit dengan demikian muncul sebagai sebuah kerangka kerja eksistensial yang kuat untuk memahami dan merespons penderitaan spesifik yang disebabkan oleh Keterikatan, menyediakan sebuah jembatan untuk dialog yang bermanfaat antara narasi kuno dari Timur dan fenomenologi modern dari Barat.</p> Rifqi Khairul Anam Hak Cipta (c) 2025 Sanjiwani: Jurnal Filsafat 2025-09-30 2025-09-30 16 2 233 242