PERIKOP ANAK YANG HILANG (LUK 15:11-24) DALAM PERSPEKTIF HIERARKI NILAI MAX SCHELER DAN RELEVANSI PADA ZAMAN SEKARANG
DOI:
https://doi.org/10.25078/sjf.v15i1.3328Kata Kunci:
Hierarki nilai, Max Scheler, Anak Bungsu, Bapa, penghayatan nilaiAbstrak
Di zaman yang serba instan ini, banyak orang-orang yang mempertimbangkan sebuah keputusan dengan suatu nilai kenikmatan. Jelas penilaian seperti ini adalah nilai yang sangat dangkal dan artifisial. Seharusnya penilaian didasari pada nilai-nilai yang luhur. Dalam teori hierarki nilainya, Max Scheler mengemukakan ada empat hierarki nilai, yaitu nilai kenikmatan, nilai kehidupan atau vitalitas, nilai spiritual, dan nilai kekudusan. Hierarki yang paling rendah adalah nilai kenikmatan dan yang paling tinggi adalah nilai kekudusan. Nilai ini pasti ada dalam kehidupan, karena ini adalah suatu makna dibalik tindakan. Hal ini tampak dalam perumpamaan “Anak Yang Hilang” (Luk 15:11-24) yang diceritakan oleh Yesus bagi para pemungut cukai dan orang berdosa. Ada suatu hierarki nilai yang ditampakkan dalam penokohan dan perjalanan batin dari tokoh-tokoh teks tersebut. Dengan mendalami teks Luk 15:11-24 dan disandingkan dengan teori hierarki nilai Max Scheler, penulis berharap dapat membantu setiap orang pada zaman instan ini untuk lebih mempertimbangkan berbagai macam hal dari nilai-nilai yang paling luhur. Ada dua metode yang dilakukan dalam penulisan teks ini, yaitu studi Pustaka dan hermeneutika. Metode ini diharapkan bisa membantu penulis dalam menganalisis dan menafsirkan teks secara terperinci dan holistik. Secara garis besar, penulis menemukan bahwa tokoh Anak Bungsu mengalami peningkatan dalam penghayatan nilai-nilai, yaitu berawal dari nilai kenikmatan, hingga nilai spiritual. Teks ini ditutup dengan penghayatan nilai kekudusan yang dilakukan oleh Bapa. Dengan kata lain, teks ini memberikan suatu penghayatan nilai yang utuh dari hierarki nilai Max Scheler.