EKSISTENSI PEREMPUAN PADA TRADISI PERKAWINAN ADAT ENDE DALAM PERBANDINGAN DENGAN KONSEP DASEIN MARTIN HEIDEGGER
DOI:
https://doi.org/10.25078/sjf.v15i1.3240Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mempelajari konsep dan pemahaman tentang tradisi perkawinan adat Ende yang sudah dilakukan sejak para leluhur hingga saat ini. Selain itu, penulis berusaha untuk membuat perbandingan antara eksistensi perempuan dalam tradisi perkawinan adat Ende dengan paham konsep Dasein yang dikemukakan oleh Martin Heidegger. Dalam tulisan ini, penulis menggunakan metode observasi, metode wawancara, dan juga metode analisis kepustakaan. Selain itu, teori-teori yang digunakan penulis selalu berdasarkan konsep pemikiran dari Martin Heidegger. Tulisan ini hendaknya mengkaji atau berbicara lebih detail tentang konsep-konsep perkawinan dalam masyarakat Ende dan juga konsep-konsep pemikiran Heidegger tentang Dasein sebagai cara berada di dalam dunia dan melibatkan dirinya untuk terlibat aktif, hidup, dan berkarya di dalam dunia. Eksistensi perempuan dalam tulisan ini sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya seperti belis atau mahar, yang kemudian bisa menentukan eksistensi dan cara berada perempuan di dalam keluarga laki-laki. Oleh karena itu, penulis mengkaji secara lebih detail dan terperinci dalam tulisan ini mengenai konsep Dasein dan cara berada perempuan di tengah dunia atau “In-der-Welt-sein”. Oleh karena itu, kehadiran perempuan dilihat sebagai perwujudan dari konsep Dasein yang “Ada-di-dalam” dunia dan terlibat aktif dengan dunia itu sendiri. Kehadiran perempuan tidak sekedar “ada” begitu saja, tetapi “ada” (hidup bersama) dan terlibat secara aktif dalam kehidupan di dunia.