REALITAS KEHIDUPAN BERAGAMA DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF METAFISIKA THOMAS AQUINAS
Sebuah Refleksi Filosofis-Teologis
DOI:
https://doi.org/10.25078/sjf.v15i2.3158Abstrak
Kehidupan beragama di Indonesia merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat. Namun, pada realnya, kehidupan beragama di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, seperti intoleransi, diskriminasi, dan kekerasan. Intoleransi merupakan sikap tidak toleran terhadap pandangan atau keyakinan yang berbeda. Diskriminasi merupakan perlakuan yang tidak adil terhadap seseorang atau kelompok berdasarkan agamanya. Kekerasan merupakan tindakan yang menimbulkan kerugian fisik atau psikis terhadap seseorang atau kelompok berdasarkan agamanya. Perspektif metafisika Thomas Aquinas tentang kehidupan beragama dapat memberikan wawasan yang bermanfaat untuk memahami dan mengatasi tantangan-tantangan tersebut. Aquinas menekankan pentingnya hakikat atau esensi dari suatu hal. Hakikat ini merupakan sesuatu yang melekat pada suatu hal dan tidak dapat berubah. Dalam konteks kehidupan beragama, hakikat ini dapat dimaknai sebagai nilai-nilai dasar yang menjadi landasan bagi praktek beragama yang baik. Berdasarkan perspektif Aquinas, intoleransi, diskriminasi, dan kekerasan merupakan praktik beragama yang tidak sesuai dengan hakikatnya. Praktik-praktik ini bertentangan dengan nilai-nilai dasar yang universal, seperti nilai-nilai kebenaran, kebaikan, dan keadilan. Tujuan dari penulisan artikel ini ialah merefleksikan realitas kehidupan beragama di Indonesia dalam perspektif metafisika Thomas Aquinas. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini ialah metode kualitatif kepustakaan dengan menelusuri buku-buku sebagai sumber primer dan artikel sebagai sumber sekundernya. Hasil yang ditemukan dalam penulisan artikel ini ialah berbagai masalah kehidupan beragama di Indonesia yang pada dasarnya merupakan kurangnya kesadaran untuk menggunakan akal budi dalam beriman. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa penghargaan terhadap perbedaan dalam kehidupan beragama untuk menciptakan suatu hubungan yang harmonis akan tercapai bila masyarakat Indonesia menggunakan akal budi dalam beriman.