MEMAYU HAYUNING BAWANA: MEMAHAMI ESENSI GOTONG ROYONG DALAM NILAI KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JAWA
DOI:
https://doi.org/10.25078/sjf.v14i2.2986Abstrak
Cara pandang bahwa manusia merupakan makhluk sosial saat ini sudah bergeser menjadi manusia anti-sosial. Faktanya, kemajuan teknologi justru membuat manusia meninggalkan direct interaction dalam kehidupan sosial. Kehadiran teknologi juga menjadikan hubungan sosial antar individu, antar masyarakat tergantikan dengan wireless network. Bahkan, peran orang tua dalam mendidik anak juga mengalami perubahan. Meskipun, interaksi sosial saat ini menjadi lebih mudah dan instan namun sejatinya tidak terdapat esensi dari interaksi sosial itu sendiri. Gotong royong merupakan salah satu kegiatan alternatif yang perlu dilestarikan masyarakat guna memperbaiki status manusia sebagai makhluk sosial. Selain itu, kegiatan tersebut dapat memupuk kebersamaan dalam membangun kelestarian micro cosmos dan macro cosmos dalam kehidupan manusia di dunia. Tujuan dari penelitian ini memberikan penegasan fungsi dan manfaat gotong royong dalam pengalaman manusia melalui kesadaran pepatah “Memayu Hayuning Bawana” bagi masyarakat Jawa. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dengan menggunakan pendekatan fenomenologi pada kehidupan sosial masyarakat terhadap kegiatan gotong royong. Hasil penelitian ini adalah memahami esensi semangat gotong royong sehingga masyarakat bisa mengesampingkan ego setiap individu untuk meraih tujuan sosial yang lebih baik. Selain itu, Hal tersebut dapat diselaraskan dengan nilai kearifan lokal “Memayu Hayuning Bawana” yang masih dijaga sebagian masyarakat Jawa sampai saat ini, khususnya masyarakat desa. Falsafah hidup ini sudah dijadikan pedoman serta laku di dalam menjaga kelestarian alam, kelestarian lingkungan, dan keharmonisan sesama manusia. Bahkan, pepatah tersebut dijadikan jalan spiritual masyarakat Jawa.