STRATEGI PEWARISAN SENI PERTUNJUKAN DRAMA GONG KEPADA GENERASI PENERUS
DOI:
https://doi.org/10.25078/kalangwan.v11i2.1479Keywords:
Pewarisan, Drama Gong, Generasi Muda BaliAbstract
Artikel ini bertujuan membahas pewarisan seni pertunjukan drama gong kepada generasi penerus. Sebagai bentuk penelitian kualitatif, koleksi data dilakukan melalui analisa terhadap empat kisah drama gong terpilih, yaitu (1) Suluh Ikang Praba; (2) Manik Gesing Buluh;(3) Nila Warsiki; dan (4) Jayaprana produksi tahun 2019 – 2021. Data penelitian juga dikumpulkan melalui observasi, studi dokumen dan wawancara dengan beberapa informan yang memahami seni pertunjukan drama gong di Bali. Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan menerapkan terori semiotika dan praktik sosial Bourdeau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pewarisan drama gong amat urgen dilakukan: (a) untuk melestarikan drama gong; (b) regenerasi anak muda Bali sebagai pendukung drama gong; (c) drama gong menjadi bagian dari identitas budaya Bali; dan (d) drama gong sebagai media edukasi bahasa dan budaya Bali. Pewarisan seni pertunjukan drama gong dilakukan melalui strategi formal, yakni melalui pendidikan formal sejak PAUD sampai Perguruan Tinggi sebagaimana yang dilakukan oleh Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, dan strategi informal, yakni berperannya keluarga dan sanggar seni-budaya melakukan sosialisasi, enkulturasi nilai-nilai budaya Bali dalam seni pertunjuan drama gong kepada generasi muda Bali.