KONTEKS SOSIAL TUTUR BARONG SWARI DALAM SOSIOKULTURAL DAN RELIGIUSITAS MASYARAKAT BALI DI TENGAH PANDEMI
Keywords:
budaya pandemic , kontek social , Tutur Barong Swari, NgelawangAbstract
Pandemi covid-19 menyebabkan perubahan yang sanagt siginifikan
terhadap kehidupan social masyarakat di Indonesia terkhususnya Bali. Pemerintah
daerah Bali mengeluarkan beberapa kebijakan yang dapat merubah pola
kehidupan masyarakat Bali khususnya dalam bidang kebudayaan dan keagamaan
terkhusunya agama Hindu. Yang menjadi perbedaan penanggulangan bencana di
Bali dengan daerah lain adalah, kombinasi pencegahan secara tindakan nyata
(skala) dengan tindakan tidak nyata (skala). Tindakan nyatanya dilakukan
dengan pembatasan-pembatasan, dan tidak nyata (niskalanya) dilakukan dengan
berbagai tradisi yang bersumber dari teks atau naskah yang terdapat dalam
masyarakat. Menurut Van Djik, sebuah wacana dalam teks akan berkonteks pada
kehidupan mayarakat dimana teks itu berkembang. Hal ini sejalan dengan adanya
naskah tutur, yaitu Tutur Barong Swari yang menceritakan mengenai menjaga
keselarasan alam dari wabah penyakit (pandemi). Naskah ini merupakan naskah
yang beraliran siwaistik, di dalam naskah ini sendiri banyak mengandung nilai
teologi masyarakat Hindu, khusunya hindu Bai. Termuat dalam naskah ini cerita
mengenai kehancuran dunia yang disebabkan oleh Bhatari Durga dengan Kala
Rudra yang menyebabkan wabah penyakit merajalela dan orang meninggal yang
tak hentinya, sehinggan Bhatara Tiga merubah wujud menjadi Topeng Bang, Tari
Telek Dan Barong Swari. Ketiga bhatara ini menari di setiap perempatan dan
pertigaan sehingga dunia kemBalisejahtera dan bahagia. Hal initerkonteks kepada
kehidupan masyarakat Bali dalam sosiokultural dan religiusitas khsusnya dalam
penanggulang pandemi. Dimana masyarakat Bali yang memiliki Pelawatan
Barong dan Rangda serta pengiringnya akan di arak keliling desa dan menari di
setiap peremoatan, pertigan, batas desa, dan di depan pintu rumah warga. Tradisi
ini di kenal dengan tradisi ngelawang, tradisi ngelawang sudah ada sejak dahulu
dan menjadi tradisi wajib dilaksakan dalam wuku galungan dan saiah ke enem
ngelawang sendiri diharapkan mampu membangkitkan jiwa spritualis sehingga
mampu menciptakan kebahagiaan rohani, dan kebahagiaan rohani akan
merespon kepercayaan kepada tuhan itu sendiri. sehingga kepercayaan terhadap
tuhan untuk menghilangkan segala wabah penyakit supaya dunia kembali
sejahtera dan semua mahluk berbahagia.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2022 JURNAL PENALARAN RISET (Journal of Reasoning Research)
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.