Nilai Ke-Bhinekaan Dalam Tradisi Nunas Nasi Takepan Pada Saat Hari Raya Galungan Di Desa Kedisa, Kintamani, Bangli
Keywords:
Makna, ke-eksisian, Nilai kebhinekaanAbstract
Tradisi nunas Nasi Takepan adalah sebuah tradisi secara turun temurun yang di langsungkan di Desa Kedisan, Kintamani, Bangli pada saat hari raya Galungan yang jatuh pada saat Budha kliwon Wuku Dungulan. Dalam setiap pelaksaan Tradisi ini didahului dengan pesu nasi [mengeluarkan nasi] satu cééng nasi ke Pura Bale Agung. dalam mengelurkan nasi ini seluruh masyarakat yang sudah tercata di dalam di dalam pipil krama banjar yang jumbelahnya sekitar 600 kk. Ketika pesu nasi yang dipungut oleh jro paduluan dan dicatat oleh jro panyarikan desa Adat Kedisan, Kintamani, Bangli. Dalam melangsungkan proses pesu nasi harus mengacu kepada etika serta sesananya yang ada. Tradisi ini sudah ada sejak zaman dahulu kala yang memperhatikan dresta dan desa kala patra yang ada di wilayah desa. Metode yang digunakan adalah metode pendekatan wawancara karna pada dasarnya tidak begitu banyak catatan yang ditinggalkan dan banyak masyarakat yang di serta merta memberika informasi berdasarka sumber. Namun, kebanyakan masyarakat memberikan informasi secara lisan yang telah turun temurun. Dalam penyajian data yang didapatkan disusun secara realita dengan apa yang didapatkan di Lapangan. Sampai saat ini Tradisi Nunas Nasi Takepan masih eksis kita temukan di Desa Kedisan, Kintamani, Bangli. Dalam setiap simbol yang digunakan dalam Nasi Takepan memiliki sebuah makna yang berbeda sesuai dengan simbol yang ada.
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2022 JURNAL PENALARAN RISET (Journal of Reasoning Research)
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.