KOMUNIKASI TRANSENDENTAL RITUAL NGULAPIN DALAM PEMUJAAN IBU PERTIWI DENGAN SARANA WAYANG KLUPAK TIYING DI DESA ADAT JERO KUTA BATUBULAN

Penulis

  • I Wayan Hendi Yasa Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar
  • Relin D.E. Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar
  • Made Sri Putri Purnamawati Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

DOI:

https://doi.org/10.25078/anubhava.v2i1.797

Kata Kunci:

Komunikasi Transendental, Wayang Klupak Tiying

Abstrak

Komunikasi transendental merupakan interaksi yang tidak riil atau nyata, tetapi memiliki kekuatan spiritual yang tinggi, seperti tradisi wayang klupak tiying merupakan sebuah kegiatan spiritual yang menggunakan interaksi simbolik untuk melakoni komunikasi transendental. Dalam penelitian ini permasalahan yang diangkat proses ritual komunikasi transendental yang memiliki fungsi atau efek secara mikrokosmos dan juga memiliki efek secara makrokosmos yang diwujudkan dengan tetap menjalankan tradisi kebudayaan.

Penelitian ini berjenis penelitian kualitatif data diperoleh meliputi dalam bentuk kalimat dan uraian. Teori yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah teori komunikasi ritual, teori fungsional structural, dan teori komunikasi transendental. Data penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Teknik penentuan informan menggunakan teknik snowball, pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan studi kepustakaan. Teknik analisis data terdiri dari reduksi data, tahap penyajian data dan tahap penarikan kesimpulan.

Novelthy penelitian ini diantaranya sebagai berikut: 1) tokoh wayang malen dan wayang merdah merupakan simbol utama dalam ritual ngulapin pemujaan ibu pertiwi, untuk berkomunikasi secara transendental agar bisa harmonis dengan alam.  2) mantra ataupun sesontengan merupakan kekuatan komunikasi transendental untuk penghubungan agar mencapai kesehatan secara jasmani dan rohani agar mencapai konsep tri hita karana.

Walaupun sekarang teknologi sudah menguasai dunia, tapi tradisi kebudayaan kuno wayang klupak tiying di desa batubulan tetap dilaksanakan oleh masyarakat lokal karena sangat di yakini sekali tradisi kebudayaan yang adiluhung ini sudah berefek positif, dan juga sudah terbukti memberikan kesehatan dan kesembuhan terhadap masyarakat lokal yang terus menjunjung tinggi tradisi kebudayaan ini.

Referensi

Donder, I Ketut. 2009 Teologi: Memasuki Gerbang Ilmu Pengetahuan Ilmiah tentang Tuhan Paradigma Sanatana Dharma, Paramita, Surabaya

Putu Rendhi Kusuma Artha, Ni Nyoman Sri Witari, I Wayan Sudiarta. 2017. ”Perbandingan Visual Figur Wayang Kulit Tualen Gaya Bali Selatan Dengan Figur Tualen Gaya Bali Utara”. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPSP/index.

Kartika, I Gusti Ayu. & Budiasa, I Made. 2019. Prosesi Tradisi Ngambeng dalam Upacara Dewa Yajna di Pura Samuantiga Desa Bedulu. Vidya Samhita: Jurnal Penelitian Agama, 5(2).

Sambas, Syukriadi. 2016 Antropologi Kebudayaan, Pustaka Setia, Bandung

Sanjaya, Putu, 2008. Acara Agama Hindu, Surabaya: Paramita

Sukabawa. I Wayan,. & Budiasa, I Made (Ed) 2019. Peran Kearifan Lokal dalam Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama. Desa Janah Mansiwui Kecamatan Awang Kabupaten Baruto Timur. Denpasar. IHDN Press.

Budiasa, I. M. (2019). Representasi Wacana Tanpa Kekerasan di Cybermedia dalam Praksis Budaya Hindu-Bali: A Critical Discourse Analysis. Vidya Samhita: Jurnal Penelitian Agama, 5(2).

Tofani Abi Muchyar, 2013 Mengenal Wayang Kulit Purwa, Surabaya: Pusaka Agung Harapan

Unduhan

Diterbitkan

2022-04-30
Abstrak viewed = 213 times