https://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/PJAH/issue/feedPangkaja: Jurnal Agama Hindu2025-09-30T00:00:00+08:00Pangkajajurnalpangkaja@gmail.comOpen Journal Systems<table class="data" width="100%" bgcolor="#f0f0f0"> <tbody> <tr valign="top"> <td width="20%">Nama Jurnal</td> <td width="80%">: <a href="http://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/PJAH" target="_blank" rel="noopener"><strong>Pangkaja: Jurnal Agama Hindu</strong></a></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Frekuensi</td> <td width="80%">: <strong>Maret dan September</strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">DOI</td> <td width="80%">: <strong><a href="https://doi.org/10.25078/pjah.v26i1.1425">https://doi.org/10.25078</a></strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">ISSN Cetak</td> <td width="80%">: <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1180428961" target="_blank" rel="noopener"><strong>1412-7474</strong></a></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">ISSN Online</td> <td width="80%">: <a href="https://issn.brin.go.id/terbit/detail/1533781295" target="_blank" rel="noopener"><strong>2623-2510</strong></a></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Indexing</td> <td width="80%">: <strong><a href="https://garuda.kemdikbud.go.id/journal/view/32019" target="_blank" rel="noopener">Garuda</a>, <a href="https://scholar.google.co.id/citations?user=2Q4s1mcAAAAJ&hl=id" target="_blank" rel="noopener">Google Scholar</a>, <a href="https://portal.issn.org/resource/ISSN/2623-2510" target="_blank" rel="noopener">Road</a></strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Editor-in-Chief</td> <td width="80%">: <a href="https://scholar.google.com/citations?user=8EmyeioAAAAJ&hl=id&oi=ao" target="_blank" rel="noopener"><strong>I Gede Suwantana</strong></a></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Kontak</td> <td width="80%">: <strong>jurnalpangkaja@gmail.com</strong></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Penerbit</td> <td width="80%">: <a href="https://uhnsugriwa.ac.id/" target="_blank" rel="noopener"><strong>Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar</strong></a></td> </tr> <tr valign="top"> <td width="20%">Deskripsi</td> <td width="80%"> <p dir="ltr">Pangkaja: Jurnal Agama Hindu merupakan jurnal ilmiah yang dikelola oleh Program Studi Magister Brahma Widya Pascasarjana Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar. Pangkaja: Jurnal Agama Hindu adalah media untuk mempublikasikan hasil penelitian yang berkaitan dengan berbagai masalah Agama, Sosial dan Budaya Hindu yang semakin kompleks dewasa ini seiring derasnya arus globalisasi.<br />Fokus Pangkaja: Jurnal Agama Hindu adalah Agama, Sosial, dan Budaya Hindu.</p> </td> </tr> </tbody> </table>https://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/PJAH/article/view/4934LONTAR TUTUR ANGKUS PRANA (Kajian Teologi Hindu)2025-05-21T04:24:07+08:00I Made Mertamertamade72@gmail.comNi Kadek Surpinikadeksurpi@uhnsugriwa.ac.idI Nyoman Piarthainyomanpiartha81@gmail.comI Nyoman Piarthainyomanpiartha81@gmail.com<p><em>Lontar Tutur Angkus Prana </em>memiliki nilai dengan mengunakan simbol sebagai prinsip kehidupan Hindu, seperti <em>karmaphala </em>dan <em>moksa </em>(pembebasan dari siklus kehidupan), sumber ajaran spiritual juga sebagai media penyembuhan atau <em>usada</em>, yang menjelaskan konsep kesehatan fisik dan mental saling berhubungan dalam perspektif Hindu. Ini menunjukkan <em>lontar Tutur Angkus Prana</em> memiliki relevansi yang tidak hanya bersifat religius tetapi juga praktis, karena memberikan panduan untuk menghadapi tantangan kehidupan secara menyeluruh. Hasil penelitian 1. Ajaran <em>tattwa</em> dapat dipahami dalam konteks teologi Hindu meliputi<em> ; Henotheisme</em> Sang<em> Hyang Siwa Tiga </em>sebagai dewa tertinggi dari sekian banyaknya nama dewa.<em> Animisme </em>setiap benda memiliki roh<em>. Polytheisme</em> esensi Tuhan dalam bentuk <em>immanent</em> (<em>Saguna Brahman</em>). <em>Monotheisme Bhatara siwa </em>disebutkan dalam banyak nama<em>. </em>Namun sesungguhnya<em> tunggal jatinia. Teologi siwaistik tercermin </em>dalam kutipan<em> Saisining jagat kabeh lwih ing putus, meraga Siwa. Teologi Bali disebutkan dalam dimensisaguna dan nirguna yaitu bape ibu dan shang Hyang titah. </em>2. Praktik ajaran etika meliputi: Ajaran kawisesan dituangkan dalam beberapa tutur diantaranya angkusprana mengenai yoga,tapa dan brata, prana jati menguraikan wujud pikiran, jati ening moral dan etika, <em>samuscaya </em>menjabarkan manifestasi Tuhan dalam organ tubuh, <em>bhagawan kasyapa </em>mengenai pabersihan<em>, jagatnatha </em>dan<em> jagatguru </em>mengetahui tentang hari kematia<em>n,<strong> t</strong>utur Kanda Phat Catur Sudiksa tentang aksara </em>dan saudara lahir. Praktik ajaran <em>kamoksan </em>dirangkum dalam<em> tutur upadesa, kadharman samuscaya </em>dan <em>adnyana siwa nirmala dan panglepasan Siwer Mas. </em>Praktik ajaran <em>aguron-</em>guron. 3. Aspek susila meliputi: aspek pengendalian diri, tri kaya parisudhatifa perilaku yaitu pikiran perkataan dan pebuatan, budaya bebagai macam adat-istiadan, upacara yadnya meliputi persembahkan.</p>2025-09-30T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2025 Pangkaja: Jurnal Agama Hinduhttps://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/PJAH/article/view/4705SISTEM MAPEPEGAT DALAM UPACARA PERKAWINAN DI DESA BESAKIH RENDANG KARANGASEM2025-02-17T13:05:21+08:00I Made Cakra Negarabalilord07@gmail.comI Putu Sudarmasudarmaputu444@gmail.comI Made Arsa Wigunaarsawiguna@gmail.com<p>Tiga aspek penting dalam upacara perkawinan: Aspek agama, aspek sosial dan aspek hukum. Ketiga Aspek tersebut penting karena berkaitan dengan hubungan keharmonisan antara <em>Parhyangan</em>, <em>Palemahan</em> dan <em>Pawongan</em> dalam agama Hindu disebut dengan <em>Tri Hita Karana</em>. Di Desa Besakih sahnya suatu perkawinan selain tiga aspek tersebut diatas dan <em>tri upasaksi</em> sahnya pernikahan harus melalui upacara sistem <em>mapepegat</em> yang dilakukan di <em>mandala</em> pertama Pura Penataran Agung Besakih. Sistem <em>mapepegat</em> sebagai titik menjadi anggota masyarakat adat. Penelitian ini memberikan pemahaman yang mendalam, tentang tradisi budaya, tradisi, sistem upacara tanpa melanggar integritas masyarakat setempat. Masalah (1) Mengapa melaksanakan upacara <em>mapepegat</em>, (2) Bagaimana proses sistem religi (3) Apa makna sistem <em>mapepegat</em> dalam upacara perkawinan di Desa Besakih. Tujuan memberikan gambaran serta analisa terhadap sistem mapepegat dalam upacara perkawinan. Hasil penelitian (1) Alasan-alasan sistem <em>mapepegat</em>: Historis dan mitologi, Pelestarian tradisi, Wujud syukur secara <em>niskala</em> Hak menjadi <em>kram</em>a desa adat (2) Prosesi <em>mapepegat</em>: Sarana upacara memenuhi unsur <em>satyam siwam sundaram</em> Tempat dan Waktu upacara di <em>mandala</em> pertama Pura Penataran Agung Besakih, Prosesi upacara meliputi tiga tahap Pihak pihak yang terlibat. <em>tri upasaksi</em> (3) Makna <em>mapepegat</em>: Filosofis bahasa weda <em>yadnya</em>, ajaran <em>catur asrama</em>. Sosial religius, Teologis. Estetika Keharmonisan makrokosmos dan mikrokosmos.</p> <p><strong> </strong></p>2025-09-30T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2025 Pangkaja: Jurnal Agama Hinduhttps://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/PJAH/article/view/4956 INTEGRITAS TOKOH HINDU DI DESA ADAT KAPAL KABUPATEN BADUNG2025-05-24T06:11:38+08:00Oggi Yuliantiapotekpanji.sakti@gmail.comI Wayan Sugitaapotekpanji.sakti@gmail.comI Made Adi Brahmanapotekpanji.sakti@gmail.com<p>Tokoh Hindu di Bali sering dianggap sebagai tauladan, sumber inspirasi dalam berbagai kegiatan keagamaan, penasihat dalam pengambilan keputusan, serta menuntun umat ke arah yang lebih baik (guru). Kondisi ini menunjukkan bahwa ekspektasi terhadap seorang tokoh agama sangat tinggi. Selain itu, seseorang yang dalam masa pencarian guru rentan mengalami manipulasi bahkan ketersesatan akibat oknum tokoh agama tertentu (guru-guru palsu) yang belum berkompeten namun sudah menuntun umat. Fenomena ini menunjukkan amat pentingnya tokoh Hindu memiliki integritas moral maupun spiritual yang tinggi.</p> <p>Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bentuk integritas tokoh Hindu di Desa Adat Kapal, menganalisis peran tokoh Hindu serta implikasinya bagi kemajuan Desa Adat Kapal Kabupaten Badung yang dituangkan melalui tiga formulasi masalah, yaitu: (1) Bagaimanakah bentuk integritas tokoh Hindu di Desa Adat Kapal Kabupaten Badung? (2)Bagaimanakah peran tokoh Hindu di Desa Adat Kapal kabupaten Badung? (3) Bagaimanakah implikasi integritas tokoh Hindu di Desa Adat Kapal terhadap kemajuan Desa Adat Kapal Kabupaten Badung. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan data dan hasil wawancara, observasi, studi dokumentasi, studi pustaka dengan menerapkan teori religi, teori peran sosial, dan teori nilai.</p> <p>Penelitian ini menemukan bahwa Sikap dan perilaku tokoh Hindu di desa adat Kapal dalam hal kejujuran dan keterbukaan juga sangat baik. Tokoh Hindu di desa adat Kapal juga selalu mempraktikkan nilai-nilai agama Hindu dalam kehidupan sehari-harinya, menjadi tauladan bagi masyarakat Desa Adat Kapal, serta selalu siap sedia meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan pada masyarakat, membimbing dalam pemahaman mengenai upakara maupun menuntun umat mendekatkan diri ke Tuhan dengan jalan meditasi.</p> <p>Penelitian ini juga menemukan bahwa Tokoh Hindu di Desa Adat Kapal memiliki peran psikologis, religious dan spiritual, serta peran sosial budaya.Penelitian ini juga menemukan bahwa Integritas tokoh Hindu selaras dengan beberapa nilai utama dalam teori Schwartz, terutama pada aspek <em>Tradition, Conformity, Benevolence, Universalism, Self-Direction, Security,</em> dan <em>Stimulation</em>.</p>2025-09-30T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2025 Pangkaja: Jurnal Agama Hinduhttps://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/PJAH/article/view/4915Pe PEMUJAAN IDA BHATARA SAKTI BUJANGGA DI PURA PUSEH PENATARAN BALE AGUNG DESA ADAT MANIKAJI TEMBUKU BANGLI2025-05-14T07:52:55+08:00I Dewa Nyoman Mertawandwmertawan@gmail.comI Nyoman Yoga Segarayogasegara@uhnsugriwa.ac.idI Gede Suwantanasuwantana@uhnsugriwa.ac.id<p>Pemujaan Ida Bhatara Sakti Bujangga, diwujudkan dalam <em>pratima</em> berbentuk <em>naga bersayap.</em> Pemujaan ini dipimpin oleh <em>Pandita Bali Kuno</em>, yang dikenal dengan sebutan <em>Jro Putus, </em>berdasarkan sistem keagamaan tradisi <em>Bali Mula.</em> Penelitian ini bertujuan mengkaji tiga permasalahan pokok, yaitu: (1) bentuk pelaksanaan pemujaan ke hadapan Ida Bhatara Sakti Bujangga, (2) fungsi sosial dan keagamaan dari pemujaan tersebut bagi masyarakat, serta (3) makna teologis yang terkandung dalam pemujaan. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik <em>purposive sampling</em>, yang meliputi <em>Pemangku, Pengelingsir, Kelian Banjar, </em>dan<em> Sarati Banten.</em> Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi kepustakaan. Lokasi penelitian di Pura Puseh Penataran Bale Agung, Desa Adat Manikaji, Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan pemujaan melibatkan penggunaan sarana upacara seperti <em>pratima</em>, <em>sesajen,</em> air suci dan perangkat <em>ritual</em>. Puja mantra menjadi bagian penting dalam struktur ritual. Fungsi dari pemujaan ini yakni memperkokoh struktur sosial keagamaan berbasis <em>Pandita Bali Kuno</em>, memperkuat identitas budaya <em>Bali Mula</em>, meneguhkan nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan, menumbuhkan <em>sraddha</em> dan <em>bhakti</em>, serta mempererat solidaritas sosial melalui praktik <em>ngayah</em>. Makna teologis pemujaan ini mencakup penguatan keyakinan religius, penghayatan konsep <em>Saguna Brahman</em> dan <em>Nirguna Brahman</em>, apresiasi terhadap nilai seni sakral dalam arsitektur pelinggih, serta pelestarian nilai-nilai sosial dan pengabdian kepada komunitas adat.</p> <p>Kata </p>2025-09-30T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2025 Pangkaja: Jurnal Agama Hinduhttps://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/PJAH/article/view/3988NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM KIDUNG SUDAMALA KAJIAN TEKSTUAL DAN ARKEOLOGIS 2024-08-05T06:30:09+08:00Heri Purwantoheri.arkeo@gmail.comColeta Palupi Titasariheri.arkeo@gmail.com<p>Kidung Sudamala merupakan salah satu karya sastra klasik yang memuat pengetahuan dan nilai-nilai spiritual masa lalu. Karya ini penting dikaji karena mencerminkan pandangan keagamaan masyarakat Hindu pada zamannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan menjelaskan ungkapan serta uraian sistem keagamaan yang terkandung dalam Kidung Sudamala. Kajian ini menggunakan metode analisis tekstual terhadap sumber primer, dengan dukungan data sekunder berupa sumber-sumber arkeologis yang membantu proses interpretasi makna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam Kidung Sudamala terdapat berbagai komponen keagamaan yang dapat diidentifikasi, yaitu emosi keagamaan, sistem keyakinan, perlengkapan upacara, dan umat beragama. Di antara unsur-unsur tersebut, upacara ruwatan menjadi tema sentral yang menggambarkan proses penyucian dan pembebasan Dewi Durga dari kutukan. Kidung Sudamala tidak hanya merepresentasikan sistem keagamaan yang hidup dalam masyarakat Hindu, tetapi juga mengandung ajaran moral dan spiritual tentang penyucian diri serta pembebasan dari kekotoran lahir dan batin. Temuan ini berkontribusi dalam memahami dimensi religius dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam karya sastra Hindu klasik di Nusantara.</p> <p> </p>2025-09-30T00:00:00+08:00Hak Cipta (c) 2025 Pangkaja: Jurnal Agama Hindu