EDUKASI TRI HITA KARANA DALAM PERTUNJUKAN DRAMA GONG PENOPANG KEBERLANJUTAN BUDAYA BALI

Penulis

  • I Wayan Sugita Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

DOI:

https://doi.org/10.25078/pjah.v24i2.2899

Kata Kunci:

edukasi; Tri Hita Karana; drama gong; keberlanjutan budaya Bali

Abstrak

Artikel ini bertujuan membahas edukasi Tri Hita Karana (THK) dalam pertunjukan drama gong pada era society 5.0 dan maknanya bagi keberlanjutan budaya Bali. Artikel ini merupakan hasil penelitian kualitatif yang datanya dikumpulkan melalui observasi, studi dokumen dan wawancara mendalam dengan pelaku seni dan wakil penonton drama gong, serta pemerhati seni-budaya Bali. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan menerapkan teori semiotika, teori interasionisme simbolik, dan teori tindakan sosial (Bourdieu). Hasil penelitian menunjukkan bahwa seni pertunjukan tradisional Bali berfungsi sebagai media hiburan dan media edukasi budaya Bali, khususnya tentang filosofi THK kepada penggemarnya. Melalui tiga kisah drama gong, yakni “Jayaprana”, “Ni Diah Tantri” dan “Cupak Madeg Ratu” telah berhasil menghibur sekaligus menyampaikan edukasi THK, agar masyarakat Bali mampu mewujudkan kehidupan yang harmonis: antara manusia dengan Tuhan (parahyangan), manusia dengan sesamanya (pawongan), dan manusia dengan alam (palemahan). Edukasi THK melalui pertunjukan drama gong memiliki makna dalam memperkuat tradisi dan menopang keberlanjutan budaya masyarakat Hindu Bali.

Diterbitkan

2023-07-20

Terbitan

Bagian

##section.default.title##
Abstrak viewed = 85 times