EKSISTENSI PANYAWANGAN PURA KAHYANGAN JAGAT TUNGGUL BESI DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT HINDU DI DESA ADAT ASAHDUREN JEMBRANA BALI

Penulis

  • I Komang Sudharka Utama UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar

DOI:

https://doi.org/10.25078/pjah.v27i1.2827

Abstrak

Hubungan harmonis antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Parhyangan) diaktualisasikan dengan mendirikan bangunan suci yang disebut Pura. Salah satu pura Kahyangan Jagat yang belum banyak dikenal masyarakat Hindu adalah Pura Kahyangan Jagat Tunggul Besi yang terletak di Desa Adat Temukus Karangasem. Pada Tahun 1933, sebanyak 10 KK warga pengempon yang pindah ke Desa Adat Asahduren Jembrana mendirikan Pura Panyawangan Kahyangan Jagat Tunggul Besi. Semula kegiatan sosial keagamaan di Pura Panyawangan ini berjalan harmonis. Namun akhir-akhir ini timbul konflik sosial atas eksistensi Pura Panyawangan ini. 

Rumusan masalah dalam penelitian ini ada 3 yaitu bagaimana sejarah berdirinya Panyawangan ini, bagaimana eksistensi Pura Panyawangan ini berkembang menjadi konflik sosial, dan bagaimana upaya penyelesaian konflik sosial yang terjadi. Teori-teori yang digunakan untuk membedah permasalahan adalah Teori eksistensialisme, Teori Religi dan Teori Konflik. Karya ilmiah ini merupakan penelitian kualitatif, penentuan informan dengan metode purposive, dan dikumpulkan dengan teknik observasi partisipatif, studi dokumen, dan studi kepustakaan. Data yang terkumpul, dianalisis dengan teknik deskriptif kualitatif.

Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah : (1) Pura penyawagan ini dibangun pada tahun 1933 oleh 10 KK yang disebabkan pada masa itu sangat sulit mendapatkan transportasi untuk kegiatan sosial keagamaan di pura asal; (2) Eksistensi Pura Panyawangan ini yang semula harmonis kemudian timbul konflik karena adanya keinginan beberapa warga pengempon untuk melakukan pralina dan mengembalikan fungsi pura ini ke Pura asal di Karangasem; (3) Upaya penyelesaian konflik sosial ini adalah dengan melibatkan pihak yang bisa sebagai katup penyelamat untuk melakukan dialog-dialog sehingga didapatkan kesepakatan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga kehidupan sosial keagamaan para pengempon bisa harmonis sesuai ajaran Tri Hita Karana. 

Kata kunci : Tri Hita Karana, Eksistensi, Konflik        

Unduhan

Diterbitkan

2024-03-31

Terbitan

Bagian

##section.default.title##
Abstrak viewed = 6 times